Jatuh Cinta (part 1)

"Somewhere between the bottom of the climb and the summit is the answer to the mystery why we climb."  -- Greg Child


Saya sangat setuju dengan penggalan quotes ini. Entah mengapa setelah saya mendaki gunung pertama kali di Bulan April 2013, saya seperti disihir untuk terus mendaki gunung. Ada rasa kerinduan. Kerinduan untuk melihat keindahan alam selama pendakian. Kerinduan akan kebersamaan yang terukir ketika bersama teman seperjuangan untuk sampai di puncak. Kerinduan melihat gejala alam dengan sangat dekat.

Saya tidak akan pernah lupa pada pengalaman pendakian saya yang pertama. Pendakian pertama saya adalah Gunung Gede, Jawa Barat. Sebelum pendakian saya menyiapkan diri saya dengan berolahraga untuk melatih pernafasan agar tidak cepat lelah ketika berjalan. Karena saya paham betul, mendaki bukan lah perkara yang mudah. Saya harus berjalan berjam-jam untuk sampai di pos peristirahatan yang telah ditentukan. Akhirnya, sore itu sampai di Kandang Badak, camping ground terakhir sebelum puncak. Dari Kandang Badak ke Puncak Gede masih membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 sampai 2 jam.
Walaupun saya belum sampai di puncak, tapi saya merasa bangga pada diri saya karena saya bisa berjalan selama 8 jam (dengan istirahat tentunya) tanpa "ngedumel" atau menggerutu. Malam harinya, karena suatu kejadian yang tidak disengaja baju dan celana yang saya kenakan basah. Setelah itu saya mencoba tidur. Karena merasa kedinginan akhirnya saya menangis, dan membuat panik team pendakian saya. Sampai saat ini pun, bila sedang berbincang dengan kawan-kawan yang mendaki bersama ketika itu dan membahas cerita barusan, pasti kami akan tertawa, ya termasuk saya, ikut tertawa.
Keesokkan paginya, cuaca di Gunung Gede yang memang sudah terkenal dengan curah hujannya yang tinggi, ternyata gerimis. Paman saya, Om Eka sebagai leader pendakian tidak mengizinkan saya untuk melanjutkan perjalanan saya. Karena menurut beliau akan menjadi bahaya bila saya memaksakan. Karena jalur yang akan dilalui untuk sampai ke puncak berbatu dan licin.
Keesokan harinya setelah sampai rumah, saya merasakan lelah dan kaki saya sakit teramat sangat. Mungkin selama 7 hari saya tidak bisa berjalan normal. Karena otot-otot pada kaki dan paha saya terasa kaku. Mungkin karena karakteristik dari Gunung Gede yang berbatu dan licin. Tapi itu semua tidak membuat saya kapok untuk mendaki. Saya malah merasa saya tertantang untuk mendaki gunung lainnya. Karena saya masih penasaran akan perasaan ketika berada di puncak. "Hm... Bagaimana rasanya ya ketika di atas puncak? Gue bakalan nangis ga ya?" Seperti itu lah pertanyaan yang ada di benak saya kala itu. 

Memang benar apa yang orang-orang katakan.
"Sekalinya kamu mencoba mendaki, mungkin akan susah untukmu untuk berhenti"


Foto bersama dengan sebagian team

Istirahat sejenak di Pertigaan Air Terjun Cibereum


Good bye, Kandang Badak

My Full Team :)